Refresh Your Iman!
Assalaamu’alaikum
warahmatullaahi wabarakaatuh! *gaya original* *loh?*
Alhamdulillah,
satu lagi tulisan yang sudah jadi. Rasanya makin semangat buat menulis nih,
hehe. Tapi, semangat tidak hanya dalam hal menulis saja kan? Dalam melakukan
segala hal (baik itu ibadah, bekerja, berbisnis, berorganisasi, dan hal-hal
lainnya), kita harus semangat. Kalau kata iklan susu di TV, give your best shot!
Tapi,
memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Begitu juga dengan semangat. Tidak
selamanya semangat kita ada di level puncak. Karena semangat kita bersumber
dari perasaan. Perasaan bersumber dari hati. Padahal, hati ini gampang sekali
untuk terbolak-balik oleh Sang Pembalik Hati. Yap, Dia-lah Allah Swt, dzat Yang
Maha Membolak-balikkan Hati. Seperti yang tertuang dalam sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, “Sungguh hati manusia itu lebih cepat berbolak-balik
dari air mendidih yang ada dalam panci.”
Nah,
masalahnya bisa jadi sangat gawat kalau yang turun ternyata adalah keimanan
kita, terutama semangat ibadah kita. Jika kita merasa kalau tilawah/tadarus
tidak seasyik sebelumnya, shalat tidak senikmat sebelumnya (termasuk
menunda-nunda shalat), atau malah tidak merasa bersalah setelah bermaksiat (Astaghfirullah...), hati-hati, mungkin
kita sedang kena virus FUTHUR.
FUTHUR? Mungkin teman-teman ada
yang belum familiar dengan istilah ini. Mudahnya, futhur berarti malas/bosan.
Secara terminologi, futhur sendiri
asalnya dari kata fathara yang
artinya “diam setelah sebelumnya giat”. Dan sifatnya cenderung kronis. Tidak ujug-ujug jadi futhur, namun pelan-pelan dan sangat lembuuut sekali (maaf lebai,
hehe). Saking lembutnya, sampai tidak terasa kalau bisikan syaithan tersebut
sudah merasuk ke dalam aliran darah dan hati kita.
Setelah
definisi selesai, mari kita masuk ke tanda-tandanya. Seperti yang sudah dibahas
di paragraf sebelumnya, futhur tidak
datang secara tiba-tiba. Tapi pelan-pelan dan halus sekali, bahkan hampir tidak
terasa. Alhamdulillah kalau kita bisa
merasakan tanda-tandanya. Namun, buat
yang belum, inilah tanda-tandanya. Check
these out!
Keras Hati
Keras
hati? Maksudnya? Maksudnya adalah, sang penderita sudah mulai tidak
terketuk hatinya. Yang biasanya hatinya bergetar ketika dengar nama Allah jadi
biasa saja, bahkan malah sesak (nah!).
Yang biasanya mampu membedakan baik dan buruk jadi kurang (bahkan tidak) bisa. Yang
biasanya selalu berkasih sayang karena Allah jadi dingin dan apatis. Kalau
seseorang sudah dihinggapi tanda ini, hati-hati. Kenapa? Karena kalau ia sudah
mulai apati terhadap Allah, segala kebaikan hatinya bakal berangsur-angsur
sirna, dan akhirnya masuklah ia ke stadium dua dari futhur, yaitu :
Meremehkan
Amalan Ketaatan
Contoh paling gampang di sini adalah meremehkan
shalat fardhu. Baik mengundur-undur waktunya, tidak melaksanakannya secara
berjama’ah (untuk pria baligh dan tidak beruzur; kalau wanita diutamakan di
rumah), atau bahkan tidak melaksanakannya sama sekali (waduh!).
Nah, kita wajib hati-hati kalau gejala begini
sudah muncul. Jangan sampai kita masuk dalam golongan yang difirmankan Allah
dalam Surah An-Nisa ayat 142 : Dan
apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka
bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Hati-hati lho, jangan sampai kita
juga riya’ dalam zakat, puasa, dan haji...)
Benci
Orang Shalih yang Giat Ber-Syiar
Terkadang (atau seringkali?), banyak kita temui
(atau malah kita sendiri yang melakukan?) orang yang memandang sinis orang yang
berdakwah (dengan taushiyah atau khutbah). Mungkin ungkapan macam “ih,
sok suci”, “ekstrim banget sih”, atau yang sejenis dengan itu pernah kita
dengar atau lontarkan pada saudara/i kita yang menyiarkan kebaikan.
Buat yang sedang mengalami hal di atas, hati-hati!
Hal barusan merupakan kelanjutan dari ciri futur yang pertama, yaitu kerasnya
hati. Dan perlu hati-hati juga lho, ternyata kebencian terhadap orang yang
bersyiar dilakukan orang-orang kafir yang mendustakan Nabi-nabi Allah (untuk
lengkapnya, silakan baca Al Qur’an Surah Al A’raf 59-141). Jangan sampai deh
kita lakukan, akibatnya akan berbahaya di akhirat nanti.
Tidak
Marah Ketika Saudara Seiman Disakiti
Sewaktu artis idola tertimpa sesuatu yang tidak
menyenangkan (dari lihat TV atau browsing),
sebagian besar reaksi para fans pasti bakal marah, jengkel, dan merutuki pihak
yang mencelakai sang idola. Tapi, sewaktu menonton atau membaca berita tentang
kekejaman Zionis Yahudi terhadap Muslim Paslestina, atau keangkuhan diktator
Suriah/Syria Besar El Essad membantai para Muslim Sunni, atau (yang paling
dekat deh...) sahabat kita sesama Muslim disakiti, apa yang kita rasakan?
Kalau kita merasa biasa-biasa saja, sepertinya,
mohon maaf nih, perlu ditanyakan solidaritas dan keislaman kita. Karena,
bersikap NETRAL terhadap KEBATHILAN dan KEJAHATAN sama dengan MENDUKUNG
KEJAHATAN ITU. Masya Allah....
Tidak
Syukur Saat Rizki Lapang (dan sebaliknya)
Pernah berpikir “aku sukses karena usahaku
sendiri” saat kita sukses? Atau berpikir “Allah tidak adil (Astaghfirullah...)”
saat kita gagal? Kalau ada yang mengalami satu atau lebih ekspresi di atas,
kita sudah masuk futhur stadium lima.
Tidak bersyukur saat sukses dan tidak bersabar
saat gagal adalah ciri-ciri orang kufur. Dan orang kufur nikmat bakal dapat
siksa yang pedih di akhirat kelak. Percaya deh, sebenarnya baik kesuksesan atau
kegagalan yang kita alami adalah ujian dari-Nya untuk melihat seberapa besar
kualitas iman kita. Kalau memang iman kita kuat, kita akan bersyukur kepada
Allah saat sukses dan kita akan sabar dan tawakkal saat kita gagal.
Dan masih ada satu lagi, dan ini yang paling
berbahaya. Yaitu :
Terang-terangan
Bermaksiat
Nah, fenomena terakhir ini jadi stadium akhir dari penyakit futhur ini. Setelah meremehkan amal ketaatan, dia mulai menikmati maksiat,
bahkan tidak merasa bersalah setelah melakukannya. Yang lebih gila lagi, dia
menceritakan kemaksiatannya (dengan bangga) ke orang lain (Na’udzubillahi min dzalik...)! Padahal, Allah Swt. selalu menutupi
dosa hamba-Nya yang bermaksiat (pada malam hari). Kalau sudah seperti itu, nggak malu di hadapan Allah Swt.?
Padahal malu adalah sebagian dari iman. Dan ternyata, di akhirat nanti, Allah
akan memberikan penutup dan pengampunan untuk orang yang menutupi perbuatan
dosanya.
Akibat
dari futhur ini (intinya) adalah
meruginya/celakanya sang penderita dunia-akhirat, karena kualitas ibadahnya
cenderung stagnan (atau malah turun? Masya
Allah..). Padahal, menurut sabda Rasul, “Barang
siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang
BERUNTUNG. Barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah tergolong
orang yang MERUGI. Dan barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin
dialah tergolong orang yang CELAKA.” Nah, semoga kita umat muslim tidak
termasuk golongan yang merugi (atau bahkan celaka) di akhir nanti ya (Amiin ya rabbal ‘aalamiin...).
To be continued...
Next
Post :
Apa
saja yang bisa menyebabkan futhur?
Yuk bahas di post selanjutnya!
Artikelnya mengena banget, pas dengan momen-momen saya sekarang, maaf sebelumnya saya tau blog ini dari twitter antum, subhanallah isinya, keep it up :)
ReplyDeleteAlhamdulillah, makasih komen dan dukungannya :) Saya juga pernah mengalami yang anti alami sekarang. Semoga cepat ketemu terapinya :)
ReplyDeleteSebegitu membahananya-kah twitter saya? Hehehe