Invitation

Life is a struggle. We were born to live. Let us live our life gloriously. For now and later, until the end of our time. In the end, meet our Creator with glorious look on our face

This is me. And you. And everyone. And everything.


بسم الله الرحمن الرحيم

Sunday, March 10, 2013

Refresh Your Iman! - Part One

Refresh Your Iman!
 

Assalaamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh! *gaya original* *loh?*
Alhamdulillah, satu lagi tulisan yang sudah jadi. Rasanya makin semangat buat menulis nih, hehe. Tapi, semangat tidak hanya dalam hal menulis saja kan? Dalam melakukan segala hal (baik itu ibadah, bekerja, berbisnis, berorganisasi, dan hal-hal lainnya), kita harus semangat. Kalau kata iklan susu di TV, give your best shot!
Tapi, memang tidak ada yang kekal di dunia ini. Begitu juga dengan semangat. Tidak selamanya semangat kita ada di level puncak. Karena semangat kita bersumber dari perasaan. Perasaan bersumber dari hati. Padahal, hati ini gampang sekali untuk terbolak-balik oleh Sang Pembalik Hati. Yap, Dia-lah Allah Swt, dzat Yang Maha Membolak-balikkan Hati. Seperti yang tertuang dalam sabda Rasulullah Salallahu ‘Alaihi Wasallam, “Sungguh hati manusia itu lebih cepat berbolak-balik dari air mendidih yang ada dalam panci.
Nah, masalahnya bisa jadi sangat gawat kalau yang turun ternyata adalah keimanan kita, terutama semangat ibadah kita. Jika kita merasa kalau tilawah/tadarus tidak seasyik sebelumnya, shalat tidak senikmat sebelumnya (termasuk menunda-nunda shalat), atau malah tidak merasa bersalah setelah bermaksiat (Astaghfirullah...), hati-hati, mungkin kita sedang kena virus FUTHUR.

FUTHUR? Mungkin teman-teman ada yang belum familiar dengan istilah ini. Mudahnya, futhur berarti malas/bosan. Secara terminologi, futhur sendiri asalnya dari kata fathara yang artinya “diam setelah sebelumnya giat”. Dan sifatnya cenderung kronis. Tidak ujug-ujug jadi futhur, namun pelan-pelan dan sangat lembuuut sekali (maaf lebai, hehe). Saking lembutnya, sampai tidak terasa kalau bisikan syaithan tersebut sudah merasuk ke dalam aliran darah dan hati kita.
Setelah definisi selesai, mari kita masuk ke tanda-tandanya. Seperti yang sudah dibahas di paragraf sebelumnya, futhur tidak datang secara tiba-tiba. Tapi pelan-pelan dan halus sekali, bahkan hampir tidak terasa. Alhamdulillah kalau kita bisa merasakan tanda-tandanya.  Namun, buat yang belum, inilah tanda-tandanya. Check these out!
Keras Hati
Keras hati? Maksudnya? Maksudnya adalah, sang penderita sudah mulai tidak terketuk hatinya. Yang biasanya hatinya bergetar ketika dengar nama Allah jadi biasa saja, bahkan malah sesak (nah!). Yang biasanya mampu membedakan baik dan buruk jadi kurang (bahkan tidak) bisa. Yang biasanya selalu berkasih sayang karena Allah jadi dingin dan apatis. Kalau seseorang sudah dihinggapi tanda ini, hati-hati. Kenapa? Karena kalau ia sudah mulai apati terhadap Allah, segala kebaikan hatinya bakal berangsur-angsur sirna, dan akhirnya masuklah ia ke stadium dua dari futhur, yaitu :
 
Meremehkan Amalan Ketaatan
Contoh paling gampang di sini adalah meremehkan shalat fardhu. Baik mengundur-undur waktunya, tidak melaksanakannya secara berjama’ah (untuk pria baligh dan tidak beruzur; kalau wanita diutamakan di rumah), atau bahkan tidak melaksanakannya sama sekali (waduh!).
Nah, kita wajib hati-hati kalau gejala begini sudah muncul. Jangan sampai kita masuk dalam golongan yang difirmankan Allah dalam Surah An-Nisa ayat 142 : Dan apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (Hati-hati lho, jangan sampai kita juga riya’ dalam zakat, puasa, dan haji...)

 
Benci Orang Shalih yang Giat Ber-Syiar
Terkadang (atau seringkali?), banyak kita temui (atau malah kita sendiri yang melakukan?) orang yang memandang sinis orang yang berdakwah (dengan taushiyah atau khutbah). Mungkin ungkapan macam “ih, sok suci”, “ekstrim banget sih”, atau yang sejenis dengan itu pernah kita dengar atau lontarkan pada saudara/i kita yang menyiarkan kebaikan.
Buat yang sedang mengalami hal di atas, hati-hati! Hal barusan merupakan kelanjutan dari ciri futur yang pertama, yaitu kerasnya hati. Dan perlu hati-hati juga lho, ternyata kebencian terhadap orang yang bersyiar dilakukan orang-orang kafir yang mendustakan Nabi-nabi Allah (untuk lengkapnya, silakan baca Al Qur’an Surah Al A’raf 59-141). Jangan sampai deh kita lakukan, akibatnya akan berbahaya di akhirat nanti.

 
Tidak Marah Ketika Saudara Seiman Disakiti
Sewaktu artis idola tertimpa sesuatu yang tidak menyenangkan (dari lihat TV atau browsing), sebagian besar reaksi para fans pasti bakal marah, jengkel, dan merutuki pihak yang mencelakai sang idola. Tapi, sewaktu menonton atau membaca berita tentang kekejaman Zionis Yahudi terhadap Muslim Paslestina, atau keangkuhan diktator Suriah/Syria Besar El Essad membantai para Muslim Sunni, atau (yang paling dekat deh...) sahabat kita sesama Muslim disakiti, apa yang kita rasakan?
Kalau kita merasa biasa-biasa saja, sepertinya, mohon maaf nih, perlu ditanyakan solidaritas dan keislaman kita. Karena, bersikap NETRAL terhadap KEBATHILAN dan KEJAHATAN sama dengan MENDUKUNG KEJAHATAN ITU. Masya Allah....
 
Tidak Syukur Saat Rizki Lapang (dan sebaliknya)
Pernah berpikir “aku sukses karena usahaku sendiri” saat kita sukses? Atau berpikir “Allah tidak adil (Astaghfirullah...)” saat kita gagal? Kalau ada yang mengalami satu atau lebih ekspresi di atas, kita sudah masuk futhur stadium lima.
Tidak bersyukur saat sukses dan tidak bersabar saat gagal adalah ciri-ciri orang kufur. Dan orang kufur nikmat bakal dapat siksa yang pedih di akhirat kelak. Percaya deh, sebenarnya baik kesuksesan atau kegagalan yang kita alami adalah ujian dari-Nya untuk melihat seberapa besar kualitas iman kita. Kalau memang iman kita kuat, kita akan bersyukur kepada Allah saat sukses dan kita akan sabar dan tawakkal saat kita gagal.
Dan masih ada satu lagi, dan ini yang paling berbahaya. Yaitu :


Terang-terangan Bermaksiat
Nah, fenomena terakhir ini jadi stadium akhir dari penyakit futhur ini. Setelah meremehkan  amal ketaatan, dia mulai menikmati maksiat, bahkan tidak merasa bersalah setelah melakukannya. Yang lebih gila lagi, dia menceritakan kemaksiatannya (dengan bangga) ke orang lain (Na’udzubillahi min dzalik...)! Padahal, Allah Swt. selalu menutupi dosa hamba-Nya yang bermaksiat (pada malam hari). Kalau sudah seperti itu, nggak malu di hadapan Allah Swt.? Padahal malu adalah sebagian dari iman. Dan ternyata, di akhirat nanti, Allah akan memberikan penutup dan pengampunan untuk orang yang menutupi perbuatan dosanya.
Akibat dari futhur ini (intinya) adalah meruginya/celakanya sang penderita dunia-akhirat, karena kualitas ibadahnya cenderung stagnan (atau malah turun? Masya Allah..). Padahal, menurut sabda Rasul, “Barang siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah tergolong orang yang BERUNTUNG. Barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah tergolong orang yang MERUGI. Dan barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah tergolong orang yang CELAKA.” Nah, semoga kita umat muslim tidak termasuk golongan yang merugi (atau bahkan celaka) di akhir nanti ya (Amiin ya rabbal ‘aalamiin...).
To be continued...
 
Next Post :
Apa saja yang bisa menyebabkan futhur? Yuk bahas di post selanjutnya!

 
 
 
 



 

2 comments:

  1. Artikelnya mengena banget, pas dengan momen-momen saya sekarang, maaf sebelumnya saya tau blog ini dari twitter antum, subhanallah isinya, keep it up :)

    ReplyDelete
  2. Alhamdulillah, makasih komen dan dukungannya :) Saya juga pernah mengalami yang anti alami sekarang. Semoga cepat ketemu terapinya :)

    Sebegitu membahananya-kah twitter saya? Hehehe

    ReplyDelete

Powered By Blogger