Invitation

Life is a struggle. We were born to live. Let us live our life gloriously. For now and later, until the end of our time. In the end, meet our Creator with glorious look on our face

This is me. And you. And everyone. And everything.


بسم الله الرحمن الرحيم

Tuesday, January 22, 2013

Izinkan Aku Mencintaimu Karena Allah...

Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh!  *gaya Ustadz Maulana* *halah*

Alhamdulillah, akhirnya tulisan ini selesai juga. Sebenarnya, tulisan ini mau di-post sekalian di tanggal 14 Februari. Tapi, hey, semuanya tidak harus menunggu momen kan? Lagipula, hari kasih sayang itu bukan (hanya) tangal 14 Februari, tapi sepanjang tahun, termasuk hari ini dan hari-hari selanjutnya J


Ngomong-ngomong soal kasih sayang, pasti tidak akan jauh-jauh dari kata ajaib dengan lima huruf. Apa yaa? Yap, it’s C-I-N-T-A (bukan judul lagunya D’B*g**d*s lho :p). Cinta memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, karena dengan cinta, rasa indah datang pada hidup manusia. Rasa indah, damai, memiliki, melindungi, mengasihi, semua datang dari cinta. Tapi, ada satu cinta yang mutlak kita miliki dan merupakan cinta tertinggi dari setiap manusia. You’re right, like the title above, it’s CINTA KARENA ALLAH SWT.


Mungkin ada yang masih bingung, seperti apa sih “Cinta Karena Allah” itu? Apakah sepasang cowok dan cewek yang saling mengasihi dan melindungi sebagai p*c*r (maaf sensor :p)? Atau malah seperti salah satu potongan cerita di buku (atau film) Hafalan Shalat Delisa dimana Delisa bilang, “Umi, Delisa cinta umi karena Allah”, padahal itu dilakukan cuma demi mendapat coklat dari guru ngajinya? Nope, “Cinta Karena Allah” jauh, jauh lebih luas, lebih indah, dan lebih bermakna dari sekedar dua kejadian itu.

Banyak sekali definisi mengenai “Cinta Karena Allah”. Tapi, untuk gampangnya, “Cinta Karena Allah” berarti mencintai makhluk Allah semata-mata karena mengharapkan Ridha-Nya. Bukan karena ia berparas ganteng/cantik/lucu/imut, berprestasi, bodi bagus, dan segudang alasan duniawi lainnya. Intinya, cinta kita dan segala manifestasinya membawa kita pada keridhaan dan naungan Allah. Bahkan, dalam sebuah hadits, Allah sendiri sudah berfirman, “Pasti akan mendapatkan cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku, dan saling memberi karena Aku.”

Banyak sekali hal yang bisa dibahas berkaitan dengan “Cinta Karena Allah”, tapi untuk kali ini, penulis bakal membahas “Cinta Karena Allah” pada lawan jenis kita (yang bukan muhrim ^_^). Why? Banyak sekali ‘pasangan-pasangan’ yang ada di lingkungan sekitar penulis sehari-hari, sehingga penulis tertarik buat mengangkat topik ini.

Definisinya sudah, terus ciri-cirinya? Pas sekali, pertanyaan yang barusan baru mau penulis bahas kok. Ini dia ciri-ciri “Cinta Karena Allah” yang penulis dapat dari berbagai sumber. Check these out!

Memilih Karena Agamanya (Islam)

Rasulullah Saw pernah bersabda, “Wanita dinikahi karena empat perkara : harta, keturunan, kecantikan, dan agamanya. Maka pilihlah olehmu wanita yang beragama, kelak kamu akan beruntung.”  (Sedikit catatan, hal ini juga berlaku buat para pria lhoo :D)

Ibaratkan agama Islam (yang kaffah, of course) berangka 1. Jika ditambah dengan kecantikan/ketampanan, taruh angka 0 di belakangnya. Begitu pula dengan perkara lain selain agama (seperti harta, keturunan, dll), tambahkan angka 0. Sehingga, kalo minimal keempat perkara di atas ada, nilainya ‘1000 poin’. Gede kan? Tapi, tanpa agama (yang kaffah), sebanyak apapun faktor lainnya, nilainya bakal jadi 00000... alias nol. So? Targetkan buat mendapat jodoh yang tidak hanya bagus dunia, tapi bagus pula agama dan akhiratnya :3

 
Tidak Terobsesi “Harus Memiliki”

Kalau orang yang kita cintai tidak merespon seperti yang kita harapkan? Ya jangan ngotot sampai kebangetan (dan kebablasan) cuma untuk mendapatkan dia. Mungkin Allah sedang mendekatkan kita dengan seseorang yang pantas, sekaligus untuk menjaga kehormatan kita dan dirinya.

Tapi susah juga kalau sehari nggak mikirin dia, gimana dong? Curhat saja pada Gusti Allah, tentu saja di dalam do’a kita setelah kita beribadah kepada-Nya. Do’akan kebaikan untuk dia, untuk masa depannya, dan untuk agamanya. Minta juga petunjuk dari Allah Swt, apakah sang calon imam/makmum (weseh!) pantas untuk kita. Tentunya juga dengan melibatkan diri dalam aktivitas positif lainnya. Selain untuk memantaskan diri, bisa juga agar kita tidak memikirkan dia seperti orang obsesif-kompulsif alias gila (lebay! hehe :p). Kalau memang jodoh, insya Allah bakal disatukan dalam ikatan suci dan diridhai-Nya, alias nikah.

Kalau orang yang kita cintai sudah berpulang? Tentu saja kita tidak boleh depresi karena kehilangan, bahkan sampai ikut mengakhiri nyawa kita (kayak Laila-Majnun itu loh), karena itu sangat tidak disukai Allah. Sebaliknya, kita harus mengikhlaskannya, karena semua ciptaan Allah pasti akan kembali kepada-Nya. Bahkan, Rasulullah Saw ssaja bisa merelakan Siti Khadijah yang amat Beliau cintai, karena cinta Beliau pada Allah yang begitu besar. Sebagai balasannya, Rasulullah mendapat Aisyah binti Abu Bakar, sang Ummul Mukminin. Allah Maha Adil, bukan?

 
Membawa Kita pada Kebaikan, Yaitu Menjalankan Perintah-Nya dan Menjauhi Larangan-Nya

Konteks di sini adalah sebagai teman lho (bedakan dengan TTM yaa, hehe). Untuk menjalankan perintah, sudah dijelaskan dalam rukun Iman yang enam plus rukun Islam yang lima (plus silaturahmi, menutup aurat, tidak berdusta, etc). Kalau menjauhi larangan? Ini dia contohnya!
  • Tidak (mendekati) zina

Kalau zina, sepertinya teman-teman sudah paham. Kalo cara mendekatinya? Ini yang kadang tidak disadari oleh kita. Pernah denger istilah ‘zina mata’, ‘zina hati’, ‘zina tangan’, dan ‘zina lisan’ (yang semuanya dilakukan baik karena ‘nafsu’ maupun tidak)? Nah, itu semua adalah contoh dari takrabuz zina (mendekati zina). Salah satu manifesnya biasa disebut p*c*r*n atau TTM.

Bedanya dengan ta’aruf? Kalo ta’aruf, sejak awal tujuannya buat mengenal calon imam/makmum kita luar dalam sebelum serius nikah. Kalo p*c*r*n, tujuan awalnya cuma buat memikat lawan jenis saja, dan belum tentu bakal sampai nikah.
  • Tidak berduaan di tempat sepi

Pasti sudah banyak yang tahu (dan mendengar) ungkapan seperti ini, “jika pria dan wanita yang bukan mahram berduaan di tempat sepi, yang ketiga adalah setan.” Kenapa tidak boleh? Simpel saja, karena setan bisa membisikkan ajakan-ajakan yang mengarah pada jenis-jenis zina di atas. Sekedar mikir yang tidak-tidak saja sudah mengarah ke dosa, kalau lebih? Ngeri...
  • Tidak bersentuhan (dengan yang bukan mahram)

Nah, ini contoh nyata dari ‘zina tangan’. Tapi, tidak cuma bersentuhan dengan perasaan saja (such as gandengan, pegangan tangan pas mbojo, etc) yang dibahas di sini, namun juga segala sentuhan –baik yang disertai nafsu maupun tidak-- (misalnya nyolek, njawil, nyubit, dll). Nah, kalau tidak hati-hati, zina tangan bisa membawa kita ke zina anggota tubuh lain, bahkan sampai *ups*. Masya Allah...

Rasulullah SAW sendiri juga sudah bersabda, “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu masih lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.” (Hal ini juga berlaku untuk wanita yang menyentuh pria lhoo :3). Pengecualiannya hanya pada hal-hal seperti : (1) Pengobatan darurat di mana tidak ada penolong yang bukan lawan jenis dan (2) Menolong lawan jenis demi menyelamatkan nyawanya (bila tidak ada yang bukan lawan jenis).

Masih banyak lagi kriteria lain tentang “Cinta Karena Allah” ini, tapi Insya Allah ketiga kriteria tadi sudah cukup memenuhi. Eits, di sini penulis tidak bermaksud menggurui lho. Tulisan ini dibuat sebagai sarana introspeksi buat kita semua (termasuk penulis). Insya Allah, setelah memahami, kita semua bisa mempraktekkan yang dimaksud dengan “Cinta Karena Allah”, supaya kita semua bisa mendapat ridha-Nya kelak. Amin ya Rabbal ‘aalamiin.

 

Semoga tulisan ini bermanfaat yaa ^_^. Sedikit puisi dari penulis sebelum ditutup *wesehh*

 

***

 

Campakkanlah aku, jika cintaku padamu hanya berdasarkan nafsu

Jauhilah aku, jika cintaku padamu membuatmu jauh dari Islam-mu

Tutuplah hatimu, jika cintaku menjauhkan kau dari Rabb-mu

 

Namun,

 

Jangan berpaling dariku, jika cintaku padamu adalah untuk memuliakanmu

Berjalanlah bersamaku, jika cintaku padamu mendekatkan dirimu pada Islam-mu

Bukalah hatimu, jika cinta kita mendekatkan diri kita pada Rabb kita

Sesungguhnya, aku mencintaimu karena Allah Swt....

 

****

 

Cinta kepada makhluk Allah, bila dilandasi keinginan untuk mendapat ridha Allah, pasti akan indah pada akhirnya. Insya Allah J (ADP)


In a silence

 
 

No comments:

Post a Comment

Powered By Blogger